Iqbal Tawakal

Sometimes i don't feel like going to do something, but i remember i was born like a rich and smart person not a poor or lazy person.
Driver better, Don't Look Back in Anger - Noel Gallagher

Sabtu, 08 November 2014

Mengubah Kalimat Tidak Efektif Menjadi Kalimat Efektif

kalimat efektif pada artikel dari majalah

Posted by : Kintama Senin, 04 November 2013
Dibawah ini adalah artikel yang memiliki kalimat yang tidak efektif, kata yang ditebalkan & dicetak miring merupakan kalimat yang tidak efektif.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJYCBEv992EkWlDxK18tpTJ-2ehK97Cf3PogKO_KV0hr_s59k-rBDWJnh-vqdRjNT2s9NbymYCc81miscWPDSbb5k5HceIeXiWz4sUiz4dxbo-tySP8cdrC3QHJBGmHZZIObS8Gb3CTydE/s1600/majalah.jpg

  M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih memilih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang gemar membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun silam, berbagai penghargaan dan prestasi telah diraih Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.

Berikut dibawah ini adalah artikel yang sudah diubah menjadi kalimat efektif.

M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang suka membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun lalu, berbagai penghargaan dan prestasi didapat Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.

M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
- See more at: http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html#sthash.dCm1l5Q9.dpuf
M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih memilih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang gemar membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun silam, berbagai penghargaan dan prestasi telah diraih Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
Berikut dibawah ini adalah artikel yang sudah diubah menjadi kalimat efektif.
M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang suka membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun lalu, berbagai penghargaan dan prestasi didapat Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
- See more at: http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html#sthash.dCm1l5Q9.dpuf
Jenis Paragraf di atas adalah :

Paragraf Deduktif, dan Berpola dari Umum Ke khusus.



Sumber : http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html

M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
- See more at: http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html#sthash.dCm1l5Q9.dpuf
Posted by : Kintama Senin, 04 November 2013
Dibawah ini adalah artikel yang memiliki kalimat yang tidak efektif, kata yang ditebalkan & dicetak miring merupakan kalimat yang tidak efektif.

M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih memilih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang gemar membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun silam, berbagai penghargaan dan prestasi telah diraih Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
Berikut dibawah ini adalah artikel yang sudah diubah menjadi kalimat efektif.
M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang suka membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun lalu, berbagai penghargaan dan prestasi didapat Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
- See more at: http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html#sthash.ziCo8Hb9.dpuf
Posted by : Kintama Senin, 04 November 2013
Dibawah ini adalah artikel yang memiliki kalimat yang tidak efektif, kata yang ditebalkan & dicetak miring merupakan kalimat yang tidak efektif.

M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih memilih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang gemar membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun silam, berbagai penghargaan dan prestasi telah diraih Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
Berikut dibawah ini adalah artikel yang sudah diubah menjadi kalimat efektif.
M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang suka membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun lalu, berbagai penghargaan dan prestasi didapat Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
- See more at: http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html#sthash.ziCo8Hb9.dpuf

kalimat efektif pada artikel dari majalah

Posted by : Kintama Senin, 04 November 2013
Dibawah ini adalah artikel yang memiliki kalimat yang tidak efektif, kata yang ditebalkan & dicetak miring merupakan kalimat yang tidak efektif.

M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih memilih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang gemar membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun silam, berbagai penghargaan dan prestasi telah diraih Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
Berikut dibawah ini adalah artikel yang sudah diubah menjadi kalimat efektif.
M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang suka membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun lalu, berbagai penghargaan dan prestasi didapat Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
- See more at: http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html#sthash.ziCo8Hb9.dpuf
Posted by : Kintama Senin, 04 November 2013
Dibawah ini adalah artikel yang memiliki kalimat yang tidak efektif, kata yang ditebalkan & dicetak miring merupakan kalimat yang tidak efektif.

M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih memilih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang gemar membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun silam, berbagai penghargaan dan prestasi telah diraih Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
Berikut dibawah ini adalah artikel yang sudah diubah menjadi kalimat efektif.
M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang suka membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun lalu, berbagai penghargaan dan prestasi didapat Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
- See more at: http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html#sthash.ziCo8Hb9.dpuf
Posted by : Kintama Senin, 04 November 2013
Dibawah ini adalah artikel yang memiliki kalimat yang tidak efektif, kata yang ditebalkan & dicetak miring merupakan kalimat yang tidak efektif.

M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya kecantol menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih memilih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang gemar membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun silam, berbagai penghargaan dan prestasi telah diraih Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.
Berikut dibawah ini adalah artikel yang sudah diubah menjadi kalimat efektif.
M. FIRMAN SANTOSO
DIRECTOR RAY WHITE KEBAYORAN SENOPATI
Hapal Karakter di Kebayoran Baru
Sempat menekuni profesi sebagai arsitek,  M. Firman Santoso akhirnya menekuni profesi broker properti.  Kebayoran Baru menjadi area yang dikuasai karena lahir dan besar di kawasan ini.
Apa kata M. Firman Santoso, Director Ray White Kebayoran Senopati, tentang pekerjaan yang ditekuninya.  “Meski saya memiliki usaha di bidang lain, tapi fokus saya tetap di bidang properti.  Sejak pertama menekuni industri properti, sulit bagi saya untuk mencintai bidang usaha lain.  Dengan kata lain, apapun usahanya, fashion-nya tetap di properti.  Apakah itu arsitek, atau apapun, yang penting berhubungan dengan properti”, papar Firman.
Cintanya pada bidang properti, bisa jadi karena sejak tahun 1998, bapak dua orang putri ini sudah menekuni bisnis properti.  Cerita bermula ketika jebolan Universitas Parahyangan ini bekerja sebagai arsitek dan kontraktor.  Hanya saja badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia tahun 1997, membuat Firman “banting setir” bekerja sebagai broker properti.  Sebelum membuka kantor Ray White Kebayoran-Senopati, Firman sempat bekerja pada corporate office Ray White Indonesia hingga tahun 1999.  Melihat peluang bisnis broker properti cukup besar, Firman pun  tertarik untuk membuka kantor sendiri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut pria murah senyum ini, prospek usaha di bidang jasa pemasaran properti sekunder terutama di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sangat bagus.  Itu sebabnya Firman sangat fokus untuk menggarap pasar sekunder di kawasan elit.  Tak heran kalau ia lebih menambah armada marketingnya ketimbang membuka kantor baru di luar Kebayoran Baru.  “Saya lahir dan besar di Kebayoran Baru ini, sehingga saya kenal betul karakter konsumen di sini.  Selain itu value-nya disini memang cukup bagus.  Kuncinya kita harus bisa memberikan service, team work yang baik, serta bisa menjaga kepercayaan dari klien”, imbuhnya.
Dalam menjalankan usaha sebagai agen properti, lanjut Firman, kerjasama tim sangatlah dibutuhkan.  Tak heran pria yang suka membaca dan main golf ini, berupaya menciptakan suasana kekeluargaaan di kantor yang dipimpinnya.  Kendati begitu, dalam urusan pekerjaan ia menekankan agar tetap serius dan profesional kepada tim marketingnya.
Hasil kerja kerasnya tidak percuma.  Lihat saja, sejak beroperasi 10 tahun lalu, berbagai penghargaan dan prestasi didapat Ray White Kebayoran- Senopati.  Diantaranya adalah sebagai Top Office, Top Selling Principal, serta penghargaan Top Marketing bagio beberapa tenaga marketing di kantor Ray White Kebayoran – Senopati.

- See more at: http://rizukyrikudo.blogspot.com/2013/11/kalimat-efektif-pada-artikel-dari.html#sthash.425Lvug2.dpuf

Rabu, 08 Oktober 2014

Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Fungsi Bahasa Indonesia


• Secara umum fungsi bahasa sebagai alat komunikasi: lisan maupun tulis, selain sebagai alat komunikasi bahasa juga merupakan sebuah simbol dari kepribadian bangsa atau sebagai ciri dari bangsa itu sendiri karena setiap bangsa yang bernegara memiliki bahasa yang berbeda beda, bukan berarti perbedaan itu (bahasa) sebagai pemisah antar bangsa akan 5tetapi bahasa tersebut juga berperan atau mencirikan bangsa tersebut memilii kepribadian atau simbol masing-masing setiap bangsa. Sebagai mana yang diungkapkan Santoso bahasa juga berperan sebagai alat untuk ekspresi diri, ekspresi diri disini sebagai cara atau ciri dari masing-masing bangsa yang memiliki bahasa masing-masing.

• Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Fungsi informasi
b) Fungsi ekspresi diri
c) Fungsi adaptasi dan integrasi
d) Fungsi kontrol sosial

• Menurut Hallyday (1992) Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan:

a) Fungsi instrumental, bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu
b) Fungsi regulatoris, bahasa digunakann untuk mengendalikan prilaku orang lain
c) Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain
d) Fungsi personal, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain
e) Fungsi heuristik, bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu
f) Fungsi imajinatif, bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi
g) Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi

• Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi khusus, yaitu:

a) Bahasa resmi kenegaraan
b) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
c) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah
d) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

• Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara mempunyai fungsi:

a) Bahasa resmi kenegaraan
b) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
c) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah
d) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

• Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga perlu dibakukan atau distandarkan.

a) Ejaan Van Ophuijen (1901)
b) Ejaan Soewandi (1947)
c) Ejaan yang Disempurnakan (EYD, tahun 1972)
d) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Istilah (1975)
e) Kamus besar Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988)

• Bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi yang dimiliki oleh bahasa baku, yaitu:

a) Fungsi pemersatu, bahasa Indonesia memersatukan suku bangsa yang berlatar budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Sebagai mana kita ketahui di Indoneia sendiri terdapat banyak suku bangsa yang memiliki bahasa yang berbeda-beda, kita ketahui setiap provinsi ataupun setiap daerah yang bisa dihitung dengan meter per skala peta, bahasa antar daerah pun berbeda, karena perbedaan itulah Bahasa Pemersatu Bahasa Indonesia dibutuhkan sebagai pemersatu bangsa, bukan untuk menghilangkan bahasa budaya yang sudah melekat disetiap daerah sebelum Bahasa Indonesia ada, Bahasa Indonesia disini memiliki Esensi sebagai Pemersatu bukan Pemecah belah Bangsa Indonesia Sendiri.
b) Fungsi pemberi kekhasan, bahasa baku memperbedakan bahasa itu dengan bahasa yang lain, atau bisa dibilang sebagai Ciri khas setiap Bangsa.
c) Fungsi penambah kewibawaan, bagi orang yang mahir berbahasa indonesia dengan baik dan benar
d) Fungsi sebagai kerangka acuan, bahasa baku merupakan norma dan kaidah yang menjadi tolok ukur yang disepakati bersama untuk menilai ketepatan penggunaan bahasa atau ragam bahasa

Peranan dan fungsi bahasa indonesia Dalam kehidupan sehari-hari

    “kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia”. itulah penggalan dari isi Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928. Lahirnya Sumpah pemuda merupakan sebuah awal menjadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.

     Dalam era globalisasi, kita sebagai warga negara indonesia sudah sepantasnya bangga dan menjunjung tinggi bahasa persatuan kita, yaitu bahasa indonesia. jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan. Hal ini diperlukan, agar bangsa indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang masuk ke indonesia.
bahasa indonesia memiliki fungsi sbb :
  1. Sebagai Bahasa Nasional
Sebagailambang kebanggaan dan identitas nasional, Bahasa persatuan kita, memiliki nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa yang harus dipertahankan dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada rasa renda diri, malu, dan acuh tak acuh. Indonesia memiliki banyak budaya dan bahasa yang berbeda-beda hampir di setiap daerah. Pastinya, tidak akan mungkin kita bisa saling memahami ketika berkomunikasi antar sesama. Oleh karena itulah betapa pentingnya kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa dan sebagai alat penghubungan antarbudaya dan daerah.

  1. Bahasa Negara                                                                                              
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakandi Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai : bahasa dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentinganperencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta menjadi bahasa resmi kenegaraan, pengantar di lembaga-lembaga pendidikan/ pemanfaatan ilmu pengetahuan, pengembangan kebudayaan, pemerintah dll.
fungsi itu harus dilaksanakan, sebab itulah ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara.

   Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan harus bangga menggunakan bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

     Kalau kita cermati, sebenarnya ada satu lagi fungsi bahasa yang selama ini kurang disadari oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu sebagai alat untuk berpikir. Dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan. Segala kegiatan yang menyangkut penghitungan atau kalkulasi, pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau berkhayal, hanya dimungkinkan berlangsung melalui proses berpikir disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa.

   Sejalan dengan uraian di atas dapat diformulasikan bahwa makin tinggi kemampuan berbahasa seseorang, makin tinggi pula kemampuan berpikirnya. Makin teratur bahasa seseorang, maka makin teratur pula cara berpikirnya. Dengan berpegangan pada formula itulah, dapat dikatakan bahwa seseorang tidak mungkin menjadi intelektual tanpa menguasai bahasa. Seorang intelektual pasti berpikir, dan pasti memerlukan bahasa indonesia untuk mempermudah dalam proses berfikirnya.

Cara Melestarikan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa

Sebagai salah satu dari pemuda Indonesia, saya melestarikan Bahasa Indonesia dengan cara bersikap bahasa. Bersikap bahasa menurut saya adalah menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu untuk rajin mengungkapkan pemikiran saya dengan bahasa Indonesia dan dengan sering membaca karena membaca merupakan salah satu pintu terbukanya wawasan sehingga kemampuan bahasa akan bertambah. Bahasa Indonesia dapat lestari karena setelah membaca kumpulan ide dengan bahasa Indonesia kemudian kita salurkan ide kita sendiri dengan tulisan dalam bahasa Indonesia juga bila hal ini terjadi terus menerus dan berkesinambungan. Selain itu, cara lain adalah dengan mengurangi pengunaan bahasa gaul yang kebarat-baratan sehingga bahasa Indonesia tidak tergeser nilai keberadaannya.


Jelaskan peranan Bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah!

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia, sebagaimana yang telah disahkan pada sumpah pemuda 1928. Selain itu bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi waga Negara Indonesia. Dalam peranannya bahasa Indonesia dalam penulisan atau dalam konteks ilmiah sangatlah penting. Dikarenakan dalam penulisan ilmiah membutuhkan penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik. Penggunaan tata bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah ialah penggunaan tata bahasa yang telah mengikuti aturan EYD yang benar. Dimana dalam segi penggunaan tata bahasa, segi pemilihan kata, dan segi penggunaan tanda baca
.
Sering kali pada konteks ilmiah bahasa diartikan sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan tertentu. Dalam konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam penulisan dan tata bahasanya.

Dalam penulisan karya ilmiah yang harus diperhatikan ialah dalam pemilihan kata, penggunaan tanda baca, dan harus mengikuti EYD.

Adapun manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:

1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.

2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.

3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.

4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.

5. Memperoleh kepuasan intelektual.

6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

Jadi dapat disimpulkan peranan dan fungsi bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah sangatlah penting. Karena hasil baik dari penulisan ilmiah tidak lepas dari segi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah

Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah atau akademik menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau bukan bahasa informal atau pergaulan.Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti ragam bahsa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu. 

Dengan demikian, ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar karya tersebut dapt tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya.

Penulisan ilmiah merupakan sebuah karangan yang bersifat fakta atau real yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik dan benar serta ditulis menurut metode yang ada.

Terdapat beberapa jenis penulisan ilmiah yang dapat di kategorikan sebagai berikut :

Ø Makalah
Karya tulis yang menyediakan permasalahan dan pembahasan sesuai dengan data yang telah di dapatkan di lapangan dengan objektif.

Ø Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja hamper sama dengan makalah akan tetapi kertas kerja digunakan untuk penulisan local karya atau seminar serta lebih mendalam dari makalah.

Ø Laporan Praktik Kerja
Karya ilmiah yang memaparkan fakta yang di temui di tempat bekerja yang digunakan untuk penulisan terakhir jenjang diploma III (DIII).

Ø Skripsi
Merupakan karya ilmiah yang mengemukakan pendapat orang lain dan data yang telah di dapat di lapangan yang digunakan untuk mendapat gelar S1 :

1. Langsung (observasi lapangan)
2. Skripsi
3. Tidak langsung (studi kepustakaan)

Ø Tesis
Karya ilmiah yang bertujuan untuk melakukan pengetahuan baru dengan melakukan peneluitian penelitian terhadap hasil hipotesis yang ada.

Ø Disertasi
Karya tulis untuk mengungkap dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta yang realistis dan data yang relefan serta objektif.
Dalam menulis karya ilmiah sebaiknya menggukan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan kaidah dan bahasa yang penuturannya terpelajar dengan bidang tertentu, ini berguna untuk menghindari ketaksaan atau ambigu makna karna karya ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa penulisan karya ilmiah tidak mengandung bahasa yang sifatnya konstektual,
Oleh karena itu, pengajar perlu memperhatikan kaidah yang berkaitan dengan pembentukan istilah, Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) yang dikeluarkan oleh pusat pembinaan bahasa Indonesia merupakan sumber yang baik sebagai pedoman dalam memperhatikan hal-hal tersebut. Dan juga tanda baca yang tepat untuk di setiap kalimat yang dimuat dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ada yang menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu :

1. Bermakna isinya
2. Jelas uraiannya
3. Berkesatuan yang bulat
4. Singkat dan padat
5. Memenuhi kaidah kebahasaan
6. Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah
7. Komunikasi secara ilmiah

Selasa, 24 Juni 2014

Mitos dan Misteri Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango

Sejarah dan Misteri Gunung Gede Pangrango
Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa. Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.


Misteri Gunung Gede Pangrango – Kadangkala pendaki yang berada di kawasan alun-alun Surya Kencana akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tapi kuda tersebut tidak terlihat wujudnya. Konon, kejadian ini pertanda Pangeran Surya Kencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit. Selain itu para pendaki kadang kala akan melihat suatu bangunan istana. Alun-alun Surya Kencana berupa sebuah lapangan datar dan luas pada ketinggian 2.750m dpl, di sebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput dan padang edelweiss. Surya Kencana adalah nama seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin. Pangeran Surya Kencana memiliki dua putra : Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi. 


 

Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Surya Kencana. Beliau bersama rakyat jin, menjadikan alun – alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar. Petilasan singgasana Pangeran Surya Kencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada di tengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi. Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede. Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi. Kawag Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak.

Sumber : Tukang Nasi goreng Cibodas
Green Rangers
http://sanggrahanpecintaalam.wordpress.com/cerita-mitoskepercayaansejarah-dan-misteri-gn-gede-pangrango/