Bukti Kebohongan Holocaust
Tentara Jerman
bersama tawanan Yahudi tak lama setelah penyerbuan ke Polandia (1939).
Perhatikan orang kedua dari kiri, mirip siapakah dia? Tak salah lagi, Mahmud
Ahmedinejad, Presiden Iran! :-)


Seorang prajurit
unit Einsatzgruppe mengeksekusi Yahudi Rusia dalam sebuah lubang dengan
disaksikan rekan-rekan mereka


Peta kamp konsentrasi SS di Eropa
Selain Presiden Iran Mahmoud
Ahmadinejad, belum pernah ada tokoh di dunia yang berani secara terang-terangan
mengatakan keberadaan holocaust hanya sekedar mitos. Sebab, bagi banyak orang,
khususnya di Barat dan Eropa, menolak keyakinan keberadaan Holoucaust bisa
dianggap sebagai ?anti semit’ dan sebuah pelanggaran tidak sepele.
Holocaust, yang diklaim kaum Yahudi
sebagai peristiwa pembantaian oleh Nazi Jerman di bawah Adof Hitler di masa
Perang Dunia II -kaum Yahudi juga menyebutnya sebagai ?the final solution- dan
dianggap menyebabkan lebih dari enam juta kaum Yahudi ?dibantai’ di ruang gas
di kamp-kamp Auschwitz tak lain hanyalah ?kebohongan’ tergoranisir dan
tercanggih di abad ini.
Kecuali orang tak tidak waras, bagi
kebanyakan orang normal, meyakini lebih dari enam juta kaum Yahudi disiksa dan
dibantai adalah sulit dinalar. Bagi yang percaya propaganda murahan seperti
ini, membantai jutaan orang -secara matematis membutuhkan 137 orang perjam-nya
untuk dibantai-adalah omong kosong yang tak bermutu. Sebab, selama Perang Dunia
II, hanya ada segelintir kamp-kamp di Jerman. Selain itu, kota Austchwitz
adalah kota kecil. Seharusnya Jerman harus menyediakan ratusan kamp di kota
kecil itu.
Bahkan selama 6 hari pada Oktober 1999,
sebuah tim Australia yang dipimpin oleh Richard Krege -seorang insinyur
elektronik terkemuka- melakukan pengujian terhadap tanah pada bekas kamp
Treblinka II di Polandia, di mana para sejarawan Holocaust meyakini jutaan
orang Yahudi dibunuh di kamar gas kemudian dikubur secara massal, tak mendapatkan
bukti apapun, kecuali kebohongan.
Untuk yakin bahwa jumlah Yahudi di Eropa
selama 60 tahun lalu melebih enam juta jiwa (sedangkan saat ini jumlah
keseluruhan populasi hanya berkisar 20 juta jiwa) diperkirakan hanya bisa
diwakili orang-orang yang ?tidak sehat’ berfikir.
Lantas bagaimana bisa cerita lelucon ini
bisa “menyihir” jutaan orang dan Negara-negara besar di Barat dan Eropa?
Panjang ceritanya. Lagi-lagi, tak jauh dari ?teori konspirasi’ (meski hal-hal
seperti ini sering dianggap isapan jempol semata).
Sejak mendirikan negara tahun 1948
dengan merampas tanah Palestina, Israel tidak begiku dianggap penting di dunia.
Bahkan ketika Israel ikut bersekutu dengan Perancis dan Inggris menyerang Mesir
tahun 1956 yang membuat semenanjung Sinai jatuh, Israel tetap tak dianggap
berarti.
Bahkan Amerika Serikat (AS) kala itu
lebih memilih “Negara Arab” untuk menjaga hubungannya karena dianggap lebih
menguntungkan secara politis di masa depan.
Yahudi -dalam hal ini Holocoust-
tiba-tiba dianggap begitu penting bagi pemerintahan Amerika khususnya, setelah
ia berubah menjadi ?industri politik’ yang digunakan untuk memeras dolar.
Sampai-sampai banyak warga Amerika yang
lebih mengenal Holocaust dibanding sejarah penting mereka sendiri seperti
peristiwa Pearl Harbor, di mana sejarah jatuhnya bom atom oleh Jepang. Bahkan
hingga hari ini, tak ada penghargaan lebih tinggi melebihi Holocaust di Amerika
Serikat (AS).
Begitu dahsyatnya “sihir” Holocaust,
sampai-sampai bagi yang tak mengakui -termasuk yang menolak dan mengingkarinya-harus
berhadapan dengan penjara. Tak kurang dari beberapa ilmuwan penting seperti;
Robert Faurisson, Profesor Roger Garaudy (Perancis), David Irving (Inggris),
Ernest Zandel (Kanada), Gatsom Amadeus (Swiss), George Ashley (AS), Dr. Joel
Heyward (New Zealand), kesemuanya harus menjalani hukuman atas keberanian
mereka menentang fakta adanya “kebohongan” Holocaust.
Buku ini merupakan salah satu buku laris
di Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Penulisnya adalah Norman G.
Finkelstein membuktikan sendiri kebenaran skandal bernama Holocaust. Sebuah
fakta sejarah yang tiba-tiba berubah menjadi “industri politik” dan bisa
memeras berbagai negara, terutama Amerika Serikat. Termasuk pemerasan bank-bank
Swiss. Sang penulis, Norman G. Finkelstein -yang mengalami sendiri peristiwa
itu, karena berdarah Yahudi-membuktikan banyak kebohongan yang kini
terus-menerus dipaksakan ke seluruh penjuru dunia. Setidaknya, buku ini teramat
penting bagi yang silau oleh tipu daya Yahudi.
Sebagaimana kata koran The Times,
“Buku ini meneriakkan skandal. Ini adalah sebuah polemik yang disuarakan dengan
keras.
Jika teman-teman masih bingung karena
sejarah itu bukan hanya dibaca tapi harus di cermati, maka percayalah pada
sepatah kata berikut : “Sesungguhnya
mayoritas yahudi pada masa pembataian oleh NAZI itu tidak lebih dari
200.000-400.000 orang, sedangkan statement yang berkembang dan di
gembor-gemborkan oleh barat sampai sekarang adalah 6 juta orang, dari manakah
angka 6 juta orang itu?”
Sumber : Guru Sejarah, http://alifrafikkhan.blogspot.com/2009/01/bukti-kebohongan-holocaust.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar