TEAM WORK
Kata
“Team Work” sudah tidak lazim lagi kita dengar di telinga kita pada umumnya,
sebagai manusia kita adalah mahluk social dalam bagaimanapun kondisinya
terutama dalam memecahkan sebuah masalah yang mana sebuah masalah atau
persoalan itu dituangkan dalam wadah sebuah team kelompok atau kumpulan
individu (perorangan), yang mana sudah jelas dan tidak bias dipungkiri setiap
individu itu pasti memiliki pikiran atau tujuan yang berbeda-beda tapi dalam
kelompok itu semuanya harus dilakukan secara bersama dan bertukar pikiran satu
sama lain untuk memecahkan sebuah masalah atau untuk menentukan sebuah visi dan
misi untuk mencapai sebuah tujuan yang konkret dengan cara TEAM WORK.
Sebelum kita masuk
kedalam penjelsan lebih lanjut kita harus mengerti apa itu arti dari sebuah
Team, Menurut KOL CZI GUNAWAN PAKKI, S.IP, S.T.
Arti
sebuah Team adalah sekelompok orang dengan kemampuan, talenta,
pengalaman dan latar belakang yang berbeda, yang berkumpul bersama-sama untuk
mencapai satu tujuan. Meskipun ada perbedaan di antara mereka, namun tujuan
bersama merupakan penghubung yang menyatukan mereka sebagai team. Dalam sebuah
organisasi, kerja team menentukan output kerja yang dihasilkan.
Menurut saya sendiri Muhammad Iqbal Tawakal.
Arti sebuah Team adalah sekumpulan
individu dengan latar belakang pikiran dan tujuan yang umumnya berbeda-beda
tapi dihadapkan dalam sebuah masalah atau persoalan yang harus dikerjakan yang
mana persoalan tersebut harus diselesaikan secara bersama, bermusyawarah,
saling tukar pikiran untuk mencapai sebuah tujuan tertentu dan menarik
kesimpulan dari berbagai macam pikiran tanpa menitik beratkan seorang individu
untuk menyelesaikan dan menarik kesimpulan untuk tujuan yang diinginkan.
Karakteristik Team yang
Ideal - Harus memiliki tujuan bersama yang jelas, bias saling
bertukar pikiran untuk menentukan sebuah kesimpulan demi mencapai sebuah tujuan
yang diinginkan. Apapun bentuk tujuannya, usaha untuk mencapai tujuan tersebut
merupakan alasan keberadaan suatu team.- Adanya kerjasama untuk mencapai tujuan.
Mengapa Team diperlukan? Kualitas
dan kuantitas keputusan dan tingkat kreatifitas yang dihasilkan oleh sebuah
team, jauh lebih baik daripada kualitas dan kreatifitas yang dihasilkan oleh
rata-rata individu yang bekerja sendirian. Keuntungan team adalah adanya
kekuatan kerjasama, dan Solidnya sebuah team untuk mencapai sebuah tujuan.
Ciri-Ciri Team yang hebat :
1.
Cepat, Tepat dan Lugas.
2.
Kompak dalam menjalankan rule yang ada.
3.
Satu Visi dan satu Misi.
4.
Satu Tujuan.
5.
Saling menerima pendapat.
6.
Bijaksana.
7.
Mengutamakan Solidaritas tinggi,
ketimbang Individu.
8.
Konsisten.
9.
Kreatif.
10.
Positif.
Salah satu faktor yang membuat sebuah team berfungsi adalah
keikutsertaan seluruh anggota team, bertanggung jawabnya setiap individu dalam
melakukan pekerjaannya, dan lain-lain.
TUJUAN TEAM
TUJUAN TEAM
Tujuan team dinilai baik apabila hasil yang diharapkan tidak
dapat diraih oleh usaha seorang saja. Agar seluruh anggota team mengetahui
tujuan team maka :
1. Jadikan tujuan singkat, padat,
jelas, pasti dan beorientasi pada tindakan. Contoh tujuan team adalah
"Menciptakan hubungan yang lebih baik antara penjual dan pembeli".
Tujuan ini terlalu luas dan dapat menciptakan berbagai arti.
- Seluruh
anggota team harus mengetahui arti dari tujuan team yang sebenarnya. Hal
ini dapat dilakukan dengan menanyakan kepada tiap anggota mengenai tujuan
team. Jawaban anggota team akan menunjukkan apa yang sebenarnya menjadi
hasil pekerjaan team.
- Adanya
kemungkinan keberhasilan. Team harus percaya bahwa tujuan tersebut dapat
dicapai dan merupakan hal yang tepat untuk dilakukan, tentunya sebuah
tujuan yang diinginkan lahirnya dari pemikiran bersama dan musyawarah.
Pengertian Kerja Sama
Kerja sama adalah sebuah sistem pekerjaan yang kerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerja sama dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan prestasi kerja. Kerja sama dalam tim kerja akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik dengan dilandasi kesadaran tanggung jawab tiap anggota.
Kerja sama adalah sebuah sistem pekerjaan yang kerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerja sama dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan prestasi kerja. Kerja sama dalam tim kerja akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik dengan dilandasi kesadaran tanggung jawab tiap anggota.
Kerja sama dilakukan
oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara individual. Menurut West
(2002), Telah banyak riset membuktikan bahwa kerja sama secara berkelompok
mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih baik. Hal ini sangat berbeda
dengan kerja yang dilaksanakan oleh perorangan.
Setiap tim maupun
individu sangat berhubungan erat dengan kerja sama yang dibangun dengan
kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja. Dalam kerja sama akan muncul
berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang
dapat diandalkan dalam kerja sama pada kerja tim adalah munculnya berbagai
penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja
tim.
Kontribusi tiap-tiap
individu dapat menjadi sebuah kekuatan yang terintegrasi. Individu dikatakan
bekerja sama jika upaya-upaya dari setiap individu tersebut secara sistematis
terintegrasi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam mencapai tujuan bersama,
kerja sama memberikan manfaat yang besar bagi kerja tim. Biasanya organisasi
berbasis kerja tim memiliki struktur yang ramping. Oleh sebab itu, organisasi
akan bisa merespons dengan cepat dan efektif lingkungan yang cepat berubah
(West, 2002).
Berikut poin-poin
teamwork yang baik:
1.
Teamwork adalah kerjasama dlm tim yang
biasanya dibentuk dari beragam divisi dan kepentingan.
2.
Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu
adalah kerja individual.
3.
Filosofi teamwork: ‘saya mengerjakan apa
yang Anda tidak bisa dan Anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa.
4.
Ketika berada dalam teamwork, segala ego
pribadi, sektoral, deparmen harus disingkirkan.
5.
Dalam teamwork yang dikejar untuk
dicapai adalah target bersama, bukan individual.
6.
Keragaman individu dalam teamwork memang
sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak ada saling pengertian.
7.
Saling pengertian terhadap karakter
masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses bersama.
8.
Jika setiap orang bekerjasama via bidang
masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi.
9.
Individu yang egois mengejar target
pribadi akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika si A mengejar target
A & si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana?
10.
Keahlian masing-masing sungguh menjadi
anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target.
11.
Kendalikan ego dan emosi saat bersama
agar pergesekan tidak berujung pada pemboikotan kerjasama.
12.
Dengan pemahaman yang tinggi soal
karakter individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama.
13.
ingatlah selalu bahwa : “Team Work makes
the dream work”.
Jenis Teamwork
Menurut Daft (2000)
jenis teamwork terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:
1. Tim Formal
Tim
formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari struktur
organisasi formal.
2. Tim Vertikal
Tim
vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan
beberapa
orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.
3. Tim Horizontal
Tim
horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat
hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
4. Tim dengan Tugas
Khusus
Tim
dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar organisasi
formal
untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5. Tim Mandiri
Tim
Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja
dengan
beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah
produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang
annggota terpilih.
6. Tim Pemecahan
Masalah
Tim
pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang dibayar
perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan
cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
Sedangkan menurut
Hariandja (2006) ada 3 (tiga) tipe tim, yaitu:
1. Problem solving team
Sebuah
tim yang dibentuik untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam upaya
memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim ini adalah mengidentifikasikan
berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan masalah tersebut dan
melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota tim biasanya berasal dari satu
departemen yang beranggotakan kurang lebih sepuluh orang yang melakukan pertemuan
rutin setiap minggu.
2. Self managed team
Sebuah
tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas dengan memberikan
kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja mereka, misalnya menjadwal kerja,
menentukan metode kerja, mengawasi anggota, memberi reward dan hukuman bagi
anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya berasal dari satu
departemen yang melakukan tugas yang sama.
3. Cross functional
team
Sebuah
tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus, misalnya pengembangan
produk baru atau perencanaan dan perubahan sistem kompensasi. Anggota tim ini
berasal dari berbagai departemen yang memiliki keahlian dan orientasi yang
berbeda yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
Membangun Team Work
yang baik.
1.
Bergerak serentak bersama kelompok kea rah yang sama dengan tujuan yang
sama.
2.
Perjelas Keahlian Team suapay biasa dibagi Job Dress untuk masing masing
Individu.
3.
Utamakan Solidaritas.
4.
Hindari Ego tinggi dari diri sendiri.
5.
Tidak pernah lepas dan tidak pernah lupa
akan tanggung jawab yang diharus dipikul oleh masing-masing individu karena
sangat penting untuk kemajuan dan kesuksesan.
6.
Selalu Bekerjasama.
7.
Selalu mengikuti aturan yang ada.
8.
Mengikuti Step by step.
9.
Junjung tinggi kreatifitas.
10.
Wujudkan Gagasan, dan tuangkan berbagai
macam pikiran dalam cara musyawarah untuk menarik kesimpulan bersama.
11.
Pimpinlah Kelompok dengan baik dan
dipimpin oleh leader yang bijaksana.
12.
Hindari virus pemecah belah
13.
Konsisten.
14.
Dan JANGAN MENYERAH !
Implikasi Manajerial
Komunikasi
Implikasi Manajerial
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata Implikasi
sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya yang dibahas saat
ini adalah manajerial atau manajemen
Dalam manajemen
terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural
meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan
formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan
meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
Teori Managerial Grid
Teori
dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi
dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”.
Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang
didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
1.
Improvised artinya pemimpin menggunakan
usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini
dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
2.
Country Club artinya kepemimpinann
didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan
kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan
tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Team
yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi
tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian
dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama
lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan
dan penghargaan.
Task
artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan
organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle
Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara
tugas dan hubungan manusiawi, dengan kata lain kinerja organisasi yang
mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan
memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan. Dengan kata lain didalam
pengertian ini, bisa kita bayangkan bahwa seorang pemimpin itu tidak hanya
menyuruh bawahannya untuk bekerja hanya dengan kata “DO IT !” akan tetapi “LET’S
GO !” dan seorang pemimpin yang dimaksudkan itu selalu memelihara atau menjaga
perasaan antara Pemimpin dengan anggota dengan tujuan supaya Anggota tidak
merasa seperti layaknya seorang bawahan tetapi menganggap dirinya sebagai
Anggota yang bekerja bersama dengan pemimpinnya karena pemimpinnya yang saling
tenggang rasa terhadap bawahan.
Implikasi Terhadap
Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam
teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu
berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya
hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada
bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan
terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan
baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa
teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan
lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek
tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan
hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan
tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan
baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset
berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki
pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut
Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang
paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua
kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team
berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh
kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam
kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi
dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk
memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.
Teori X dan Y
Teori
ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor (1967), yang memiliki pandangan berbeda
mengenai manusia yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X), dan
bersifat positif (Teori Y). Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang
manajer tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompokkan asumsi tertentu
dan manajer tersebut cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai
dengan asumsi tersebut. Dalam teori X, terdapat empat asumsi, diantaranya :
1.
Bawahan tidak suka bekerja dan bilamana
mungkin, akan berusaha menghindarinya
Karena
bawahan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam
dengan hukuman
2.
Bawahan akan mengellakkan tanggung jawab
dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal
3.
Kebanyakan bawahan mengutamakan rasa
aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) dan hanya menunjukkan sedikit ambisi
Sedangkan, dalam teori
X diasumsikan bahwa :
1.
Bawahan memandang bahwa pekerjaan sama alamiahnya
dengan istirahat dan bermain Seseorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan
melakukan pengarahan dan pengendalian diri (Loyal).
2.
Seseorang yang biasa-biasa saja dapat
belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab
3.
Kreativitas yaitu kemampuan untuk
membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang dan tanggung jawab)
Dari ketiga isi dari
Teori X ini bahwa diasumsikan bahwa individu disini bersifat positif dan aktif
bukan bersifat negative dan pasif.
Impilkasi Terhadap
Sistem Komunikasi Organisasi
Teori
ini memusatkan bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X
dan Y sehingga mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung
malas bekerja dan menyukai diperintah, mungkin akan membuthkan saluran
komunikasi yang formal, dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah
secara formal. Berbeda dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih
sering berkomunikasi secara informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan
karena kedua belah pihak sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman
yang sudah baik.
Motivasi
yang diberikan kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan oemberian hukuman
yang tegas, sehingag berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan
sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe X, komunikasi akan sangat mempengaruhi
karena motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.
Teori Kepemimpinan
Situasional
Teori
ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard (1974, 1977). Teori
kepemimpinan situasional merupakan pengembangan dari penelitian kepemimpinan
yang diselesaikan di Ohio State University (Stogdill dan Coons, 1957). Teori
ini bersaumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada kematangan bawahan
dan kemapuan pemimpin untuk menyelesaikan orientasinya, baik orientasi tugas
maupun hubungan kemanusiaan. Taraf kematangan bawahan terentang dalam satu
kontinum dari immatery ke maturity. Semakin dewasa bawahan, semakin matang
individu atau kelompok untuk melakukan tugas atau hubungan. Dalam kepemimpinan
situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan
sebagai berikut :
1.
Telling (S1), yaitu perilaku pemimpin
dengan tugas tinggi dan tugas rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu
arah, dimana pemimpin yang berperan.
2.
Selling (S2), perilaku dengan tigas
tinggi dan hubungan tinggi. Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh
pemimpin, tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan
sosioemosional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan.
3.
Participating (S3), yaitu perilaku
hubungan tinggi tugas rendah. Pemimpin dan bawahan sama-sama memberikan
kontribusi dalam mengambil keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang
dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas.
4.
Delegating (S4), yaitu perilaku hubungan
dan tugas rendah. Gaya ini memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk
melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang
bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang sudah matang dalam melaksanakan
tugas dan matang pula secara psikologis.
Implikasi Partisipatif
dan Teori Kepemimpinan Situasional Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi.
Dalam
system komunikasi organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua
arah, yaitu system atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik
secara langsung dari komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering
berkomunikasi dengan bawahan dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan
dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa komuniksai harus berfungsi juga
sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan situasional memungkinkan seorang
pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Untuk
komunikasi satu arah seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak
mengarahkan, hal ini dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur
atau tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami
kesulitan dalam menerima umpan balik sebagai evaluasi bagi organisasi.
Terkadang dengan komunikasi satu arah, kondisi kerja akan terasa kaku karena
bersifat formal.
Dalam
kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan
komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Dalam
kepemimpinn ini, Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjdi aspek
yang paling disukai apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi,
karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.
Referensi :
1.
Pemikiran Sendiri
3.
Rivai, Veithzal. (2004). Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. Robbins, Stephen P. (2006).
Organizational Behaviour (tenth edition). New Jersey: Prentice Hall Inc. Alih
bahasa: Molan, Benyamin. (2006).
Perilaku Organisasi (edisi ke-10). Jakarta: Indeks.